Senin, 13 Desember 2010

KERJA BEREGU UNTUK KUALITAS

Ditulis Oleh : Eka Yanuarti 
A.     Pendahuluan
Sejarah kerjasama tim dalam kehidupan manusia hampir setua umur manusia itu sendiri. Kerjasama tim menjadi vital ketika dunia kemiliteran dan bisnis berkembang dengan cepat. Sejalan dengan perkembangan pasar dan teknologi, industri tidak lagi bisa berjalan secara mekanistis. Ia harus bisa bertindak secara fleksibel, dan kebutuhan terhadap kelompok kerja makin terasa.
Para peneliti menemukan bahwa pengaruh kelompok kerja terhadap produktifitas sama besarnya dengan pengaruh seorang manajer. Hanya saja, saat organisasi menjadi semakin besar, para pekerja kesulitan untuk saling berbagi pengetahuan tentang material, proses, dan metode kerja untuk meningkatkan daya saing organisasi. Ini terjadi karena saluran pertukaran ide dan keahlian di antara karyawan mampet.
Inovasi model bisnis berkembang selama masarekonstruksi pasca Perang Dunia II. Jepang memimpin dengan menerapkan etika tim sebagai prinsip-prinsip produksi massal. Karyawan mereka sangat termotivasi, komit terhadap teknologi, dan sangat produktif. Kemudian, perusahaan-perusahaan Amerika dan Eropa mengkopi cara Jepang mengelola pekerjaan itu, sembari menghapus hambatan birokrasi yang sering menghambat inovasi dalam kultur orang-orang Jepang. Upaya mencontoh itu ternyata bukanlah resep yang mudah. Hingga saat ini pun upaya mengadopsi pendekatan tim itu masih menjadi tantangan terbesar pada banyak perusahaan. Direktur HR dari 100 perusahaan paling top di Amerika (Fortune 100) melaporkan bahwa perhatian utamanya tertuju pada upaya membangun struktur berbasis tim agar perusahaan mereka bisa bergerak fleksibel, produktif, tangguh, dan efektif (http://elqorni.wordpress.com/2008/04/09/rahasia-manajemen-tim-yang-sukses/).
Organisasi bisa diumpamakan sebuah melting pot yang mempertemukan beragam karakter dan kepribadian individual menjadi satu dalam sebuah tim besar yang memiliki tujuan yang sama. Seorang pemimpin adalah pengelola dan penjaga yang salah satu tugasnya adalah meminimalisir segala bentuk gesekan atau gangguan yang terjadi antara para anggota timnya oleh karena adanya perbedaan-perbedaan. Satu hal penting yang harus menjadi fokus team leader adalah menjaga kekompakan dan kesolidan tim. Tim yang kompak selalu 'bermain' lebih cantik, lebih cepat, dan terbukti lebih produktif.
Kini kerjasama tim tidak hanya digunakan pada kalangan pembisnis atau perusahaan-perusahaan akan tetapi dalam bidang pendidikanpun diterapkan kerjasama tim untuk meningkatkan mutu pendidikan, adapun dalam makalah ini akan dibahas kerja beregu untuk kualitas.

B.     Pengertian kerja beregu atau kerja tim
Sebuah organisasi yang terlibat dalam Total Quality Management(TQM) akan memperoleh mafaat dengan memiliki tim-tim yang efektif di semua tingkatan. Dalam beberepa sektor pendidikan, tim  telah dikembangkan sebagai unit dasar dari penyampaian kurikulum dan dengan demikian pendidikan memiliki sebuah awal yang baik mengingat kerja tim adalah sebuah fakta yang sudah terbukti berhasil.
Kerja sama tim merupakan salah satu unsur fundamental dalam Total Qoality Management (TQM). Tim merupakan sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama. Nasution (2001:166-167) Faktor-faktor yang mendasari perlunya dibentuk tim-tim tertentu dalam suatu perusahaan sebagai berikut :
  1. Pemikiran dari 2 orang atau lebih cenderung lebih baik daripada pemikiran satu orang.
  2. Konsep sinergi (1 + 1 > 2), yaitu bahwa hasil keseluruhan (tim) jauh lebih baik daripada jumlah bagiannya (anggota individual).
  3. Kerja sama tim dapat menyebabkan komunikasi terbina dengan baik.
      Tidak semua kumpulan orang dapat dikatakan tim.
Untuk dapat dianggap sebagai tim, maka sekumpulan orang tertentu harus memiliki karakteristik sebagai berikut :
  1. Ada kesepakatan terhadap misi tim. Agar suatu kelompok dapat menjadi tim dan supaya tim tersebut dapat bekerja dengan efektif, semua anggotanya harus memahami dan menyepakati misinya
  2. Semua anggota menaati peraturan tim yang berlaku. Suatu tim harus mempunyai peraturan yang berlaku sehingga dapat membentuk kerangka usaha pencapaian misi. Suatu kelompok dapat menjadi tim manakala ada kesepakatan terhadap misi dan ketaatan terhadap peraturan yang berlaku.
  3. Ada pembagian tanggung jawab  dan wewenang yang adil. Keberadaan tim tidak meniadakan struktur dan wewenang. Tim dapat berjalan dengan baik apabila tanggung jawab dan wewenang dibagi dan setiap anggota diberlakukan secara adil.
  4. Orang beradaptasi terhadap perubahan. Dalam TQM, perubahan bukan saja tak terelakkan, tetapi juga diperlukan sekali. Sayangnya, orang umumnya menolak perubahan. Oleh karena itu, setiap anggota tim harus dapat saling membantu dalam beradaptasi terhadap perubahan secara positif.
Menurut Profesor Michael West, pengarang buku The Secrets of Successful Team Management, upaya membangun tim bukan hanya soal laba dan inovasi, tetapi ia juga penting bagi kesehatan kita. Saat bekerja dalam sebuah tim, kita memiliki hubungan pertemanan yang bagus, dan kita merasa dimengerti dan dihargai. (http://www.portalhr.com/resensibuku/5id4.html)
Aplikasi kerja beregu adalah gambaran staf akademik dan staf non-akademik dalam sebuah tim memiliki sebuah peran penting yang harus mereka meinkan. Berapa tim bertugas melakukan tugas-tugas jangka panjang, sementara sebagai yang lain melakukan tugas-tugas jangka pendek. (Edwar Sallia. 2006 :183), aplikasi kerja tim dalam pendidikan antara lain seperti kelompok MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) dimana terdapat kelompok beberapa guru mata pelajaran yang bersatu untuk menyatukan keilmuan yang dimiliki, mengevaluasi kelebihan dan kekuarangan yang ada dalam pendidikan. Kelompok KKG (Kelompok Kerja Guru) dimana seluru guru berkerjasama baik antara guru mata pelajaran diseluruh sekolah yang ada di kota atau daerah dalam bidang studi yang diajarkan masing-masing guru. Dimana sekelompok guru bidang studi bersatu membentuk kelompok untuk membuat soal-soal ujian (evaluasi), silabus, Rencana Pembelajaran (RPP) dan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Yang intinya dari kerja tim tersebut untuk melakukan perbaikan kerja dan kinerja dalam pendidikan.
Namun, Aplikasi dari kerja tim seringkali dibatasi hanya sebatas fungsi kurikulum dan manajemen. Untuk membangun kultur TQM yang efektif, kerja tim harus dapat difungsikan dalam institusi dan harus mendapatkan kesemapatan yang seluas-luasnya dalam situasi-siatuasi menentukan, seperti ketika harus dalam situasi-situaai menetukan, seperti ketika harus membuat keputusan dan memecahkan maslah. Kerja tim juga harus ada di semua tingkatan dan harus melibatkan semua staf, akademikmapun pendukung. (Edward Sallis, 2006:180)
C.     Pentingnya kerja beregu dalam pendidikan
Membentuk suatu tim yang berisi orang-orang hebat lebih mudah dibandingkan dengan membuat mereka agar bisa bekerja sama dengan baik. Dalam sebuah tim kerja yang efektif, keahlian individu bukanlah faktor penentu kesuksesan. Sekalipun Anda punya 10 tenaga ahli dalam tim, tapi jika mereka jalan sendiri-sendiri, kurang koordinasi, serta jarang berkomunikasi, maka tim tersebut hanya terlihat kuat diluar namun berantakan didalam. Inti dari kekuatan sebuah tim adalah unity dan semangat kebersamaan bahwa one for all, all for one.
Kekompakan sebuah tim akan terlihat dari produktivitas kerja, mutu hasil kerja, serta kecepatan kerjanya. Jika sebuah tim terdeteksi mulai tidak mencapai target, proyek-proyeknya banyak yang molor pengerjaannya, sering mengalami konflik intern, dan tidak kooperatif dengan tim lain, mungkin tim tersebut mengalami 'gesekan' antar personilnya. Sebagai pemimpin Anda harus segera melakukan pembenahan dan berupaya mengembalikan kekompakan tim agar kinerja mereka menjadi lebih baik.
Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut (http://www.jobsdb.co.id/ID/EN/Resources/JobSeekerArticle/kekompakan%20tim?ID=235):
1.      Ketahui kelemahan dan kelebihan anak buah. Hal ini penting guna menentukan penugasan dan pembagian kelompok kerja. Idealnya masing-masing anggota tim saling melengkapi satu dengan yang lain sehingga terbentuk keharmonisan dalam melakukan tugas. Sebagai team leader Anda harus yang lebih mengetahui kelebihan dan kelemahan anak buah sehingga tugas-tugas diserahkan kepada yang ahlinya. Namun, agar pembagian tugas lebih adil dan merata - tidak menumpuk pada satu orang, usahakan Anda melakukan mix and match sehingga anak buah yang kurang begitu ahli dibidang tersebut bisa ikut membantu dan belajar dari yang lebih ahli.
2.      Alokasikan waktu berkumpul bersama tim kerja Anda. Inti dari sebuah tim kerja adalah kebersamaan. Maka, seringlah berkumpul bersama anggota tim, bukan sekedar untuk brainstorming masalah pekerjaan, mendiskusikan rencana serta target tim ke depan atau hal formal lainnya, melainkan hal-hal yang bersifat personal. Tim Anda harus tahu dengan siapa mereka bekerja, tujuannya untuk menciptakan chemistry, membangun kepercayaan, serta mengenal kepribadian masing-masing individu. Semakin saling mengenal, semakin tercipta sebuah ikatan yang erat antara mereka.
3.      Ciptakan suasana keterbukaan dan bangun komunikasi yang efektif. Kesalahpahaman sering menjadi penyebab ketidakkompakan sebuah tim. Keluhan, ketidakpuasan, serta ide-ide yang tidak tersampaikan merupakan bom waktu yang setiap saat bisa meruntuhkan sebuah tim. Maka, buatlah kesepakatan dengan tim Anda untuk selalu membicarakan masalah apapun di dalam tim. Sediakan diri Anda untuk menjadi penengah dan pendengar saat mereka membutuhkan Anda sebagai teman 'curhat'. Be approachable, sebab terkadang anak buah merasa segan bercerita pada Anda dan memilih team leader lain yang lebih simpatik untuk menumpahkan keluh kesah.
4.      Buatlah peraturan bersama yang mengikat semua anggota tim. Untuk meminimalisir gesekan, buatlah kesepakatan tidak tertulis untuk selalu menjaga konduktivitas kerja dalam tim. Misalnya, jika ada anggota tim yang saling berselisih harus langsung diselesaikan secara internal, dilarang saling membicarakan di belakang, atau dilarang bercerita masalah internal tim ke tim lain. Peraturan ini penting agar masing-masing anggota berkomitmen dan bertanggung jawab dalam menjaga keutuhan timnya.
5.      Lakukan aktivitas yang dapat memotivasi dan meningkatkan kerjasama tim. Salah satu caranya adalah melakukan outbond/outing yang bertujuan untuk melatih kekompakan tim-tim dalam divisi kerja mereka. Hal ini merupakan stimulus yang bagus, sebab dalam game tersebut terdapat latihan problem solving, kepercayaan, kekompakan, kemandirian, dan tanggung jawab yang sangat berguna untuk diterapkan dalam dunia kerja.
Kerja beregu sangat penting bagi semua organisasi terutama dalam bidang pendidikan karena sesuai penjelasan diatas pemikiran beberapa orang lebih baik dan menghasilkan ide yang cemerlang dibandingkan dengan pemikiran satu orang, dalam kerja beregu bukan hanya mengumpulkan beberapa pendapat orang untuk kemajuan akan tetapi kerja beregu dalam meringankan pekerjaan, pekerjaan akan dibagi sesuai dengan kemampuan masing-masing, memiliki komunikasi yang baik antar satu dengan yang lain walau perselihan pendapat tidak dapat dielakan dalam kerja beregu tetapi perselisihan tersebut dapat diatasi dengan musyawarah. Contoh dalam bidang pendidikan sebuah sekolah tidak mungkin maju dan berkembang apabila hanya dikelolah oleh satu orang, seseorang tidak mungkin mampu menyelesaikan tugasnya dalam waktu yang serentak, kepala sekolah tidak mungkin merangkap jadi guru mata pelajaran, sebagai wali kelas, menjadi bina kurikulum, dan menjadi tata usaha. Dengan keterbatasan kemampuan tersebut maka dibutuhkanlah sebuah tim.
Dalam membangun tim ada beberapa hal yang perlu diketahui dan dilaksanakan, baik oleh personal maupun oleh lembaga yang akan membangun sebuah tim yang handal (http://smkpoltek.blogspot.com/2010/03/tim-work.html):

  1. Mengenal nilai dan prinsip penting dalam diri pribadi 
Setiap individu pasti memiliki nilai dan prinsip penting dalam kehidupannya. Nilai adalah ciri-ciri yang menjadi inti dari kehidupan yang dapat membuat kehidupan menjadi berharga dan memberikan sebuah makna dan kepuasan. Nilai adalah ciri-ciri seperti; kejujuran, petualangan, kehormatan, kemerdekaan, integritas, ketertiban, kedisiplinan, tanggungjawab, kebebasan, kepastian, kebahagiaan, spiritualitas, rasa hormat, kontribusi, pengendalian diri dll.
Dengan nilai yang menjadi ciri dalam kehidupan kita, maka kita dapat menentukan tujuan dalam hidup. Tujuan inilah yang menjadi prinsip mendasar dalam menuntun kita menentukan pilihan hidup. Dengan tujuan yang didasari pada nilai hidup maka akan timbul motivasi alami yang mampu menggerakan kita untuk bertindak, melaksanakan tugas dan tanggungjawab kita ketika berada dalam sebuah lembaga atau organisasi.
“Keberhasilan adalah hubungan antara diri Anda dengan nilai-nilai dan nurani Anda” (Beyond Success). 
  1. Tentukan Tujuan dan Keinginan Kita Ketika masuk dalam sebuah lembaga/TIM 
Tujuan dan keinginan pribadi kertika akam masuk dalam sebuah tim berbeda-beda, tergantung dari sudut pandang personal. Bisa jadi kita masuk tim karena ingin beraktualisasi diri ataupun karena sebuah kepentingan pribadi untuk tujuan publikasi. Namun pada intinya, lembaga atau organisasi akan menilai kita dari kinerja dan performance kita.
  1. Mengenal Potensi Diri yang dapat diberikan kepada TIM 
Masing-masing individu memiliki potensi diri, jika potensi itu kita optimalkan, maka kita secara langsung maupun tidak, sudah memberikan kontribusi kepada tim.
  1. Lepaskan Mentalitas “Lone Ranger” 
Tim adalah kelompok, semua yang terkait dengan kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi, selalu akan melibatkan tim. Jangan pernah menjadi Lone Ranger, karena tim tidak butuh orang yang sok pahlawan, individualis dan egois. Diskusikan setiap kegiatan dan permasalahan sehingga mudah mendapatkan solusinya.
  1. Mengenal Kekuatan Kita sebagai anggota TIM 
    Kenali kekuatan, potensi, kelemahan dan hambatan dalam tim, buat analisis SWOT.
  2. Menyusun Program Kerja Lembaga secara Bersama-sama. 
    Menyusun Program Kerja bersama dengan tim

Untuk merealisasikan program dalam sebuah organisasi atau lembaga, dibutuhkan kerja tim yang baik, yang mampu bekerjasama dan dapat berinovasi dengan daya kreatifitas yang tinggi. Kemauan untuk mengembangkan potensi diri dari masing-masing personal dalam tim adalah kunci keberhasilan membangun kerjasama tim. Dari sinilah dapat kita nilai, bukan hanya kemampuan personal, karena dalam sebuah tim, yang semua pemainnya adalah bintang, belum tentu tim itu kuat dan mampu membuat karya besar. Namun kebersamaan yang terbangun dengan kerjasama tim yang handal dan terkonsep matang justru akan membuat sebuah karya besar.
Manfaat dari kerjasama tim, sangat banyak. Biasanya organisasi berbasis tim memiliki struktur yang ramping. Berkerjasama dalam sebuah tim berarti memberi tanggung jawab dan otoritas kepada tim untuk membuat keputusan tentang bagaimana bekerja paling efisien, dan ini menyebabkan jumlah manajer dan level manajer lebih sedikit. Oleh sebab itu, organisasi akan bisa merespons dengan cepat dan efektif lingkungan yang cepat berubah. (http://www.portalhr.com/resensibuku/5id4.html)

D.    Regu adalah batu dinding kualitas
Sebagimana yang kita ketahui, sebuahsinergi tim kerja yang harmonis dibutuhkan dalam upaya meningkatkan mutu. Peningkatan mutu adalah sebuah kerja keras dan mendapatkan dukkungan semua pihak adalah pendekatan terbaik dalam menangani hal tersebut. Sebagian besar kerja-kerja peningkatan mutu dalam pendidikan terpusat pada pengembangan tim penyusun mata pelajaran, Strategi Quality Manangement yang dikembangkan Miller, Dower dan Inniss telah menjadikan tim penyusun mata pelajaran sebagai dasar bangunan yang penting untuk menyampaikan mutu dalam pendidikan.
Menurut Edward Sallis (2006 :182) tim tersebut dibentuk agar memiliki sejumlah fungsi penting yang mencakup :
1.      betanggungjawab pada mutu pembalajaran
2.      bertanggungjawab pada pemanfaatan waktu para guru, material serta  ruang yang dimanfaatkan
3.      menjadi sarana untuk mengawasi, mengevaluasi dan meningkatkan mutu
4.      berkehendak sebagai penyalur informasi kepada pihak manajemen tentang perubahan-perubahan yang diperlukan dalam proses peningkatan mutu. Tim adalah sebuah cara yang solid dalam membuat perubahan. Tim tidak hanya menjadi instrumen pengumpulan data, tetapi harus menggunakan kumpulan data yang dikumpulkan untuk meningkatkan kesempatan-kesempatan bagi pelajarnya.
Sekumpulan orang belum tentu merupakan suatu tim. Orang-orang dalam suatu kelompok tidak secara otomatis dapat bekerjasama. Seringkali tim tidak dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Penyebab utamanya adalah faktor manusia. Beberapa aspek (Nasution. 2001 :167) di antaranya adalah sebagai berikut :
  1. Identitas Pribadi Anggota Tim
Sudah merupakan hal yang alamiah bila seseorang ingin tahu apakah mereka cocok di suatu organisasi, termasuk di dalam suatu tim. Orang mengkhawatirkan hal-hal seperti kemungkinan menjadi outsider, pergaulan dengan tim lainnya, faktor pengaruh, dan saling percaya antar anggota tim. Suatu tim tidak dapat berjalan efektif bila anggotanya belum merasa ccocok dengan tim tersebut
2.      Hubungan Antar anggota tim
Agar setiap anggota dapat bekerja sama, mereka harus saling mengenal dan berhubungan. Untuk itu dibutuhkan waktu bagi anggota yang berasal dari berbagai latar belakang tersebut agar dapat saling membantu dan bekerja sama.
  1. Identitas Tim dalam organisasi
Faktor ini terdiri atas dua aspek. Pertama, kesesuaian atau kecocokan tim alam organisasi. Aspek ini menyangkut apakah misi tersebut merupakan prioritas dlam perusahaan? Apakah tim memperoleh dukungan dari manajemen puncak? Kedua, pengaruh keanggotaan dalam tim tertentu terhadap hubungan dengan anggota di luar tim. Aspek ini terutama sangat penting dalam gugus tugas dan tim proyek di mana anggota tim itu berusaha mempertahankan hubungan yang telah terbina dengan rekan kerja yang bukan anggota tim. Mereka bisa saja merasa bahwa keanggotaannya dalam tim berdampak negatif terhadap hubungannya dengan rekan kerja yang tidak termasuk dalam tim.
Pembentukan suatu tim tidak dengan sendirinya akan berjalan sebagaimana yang diharapkan. Untuk itu diperlukan usaha mengatasi faktor-faktor yang dapat menghambat kesuksesan kerja sama tim dan dibutuhkan pula berbagai upaya agar tim dapat mencapai misi dan tujuan pembentukannya.
King (dalam Goetsch dan Davis, 1994; 21-219) menganjurkan 10 strategi yang ia sebut sepuluh perintah tim untuk meningkatkan kinerja suatu tim dalam rangka pencapaian tujuan organisasi, yaitu sebagi berikut ;
  1. Saling Ketergantungan
Saling ketergantungan diperlakukan diantara para anggota tim dalam hal informasi, sumber daya, pelaksanaan tugas, dan dukungan. Adanya saling ketergantungan dapat memperkuat kebersamaan tim.
2.      Perluasan Tugas
Setiap tim harus diberi tantangan, karena reaksi atau tanggapan terhadap tantangan tersebut akan membentuk semangat persatuan (esprit de corps), kebanggaan, dan kesatuan tim.
  1. Penjajaran (Alignment)
Anggota tim harus bersedia menyisihkan sikap individualisnya dalam rangka mencapai misi bersama.
  1. Bahasa yang Umum
Pemimpin tim harus mengusahakan penggunaan bahasa yang umum, karena biasanya (pemasaran, akuntansi, produksi, dan lain-lain) memiliki istilah teknis sendiri-sendiri.
5.      Kepercayaan dan Respek
Dibutuhkan waktu dan usaha untuk membentuk kepercayaan dan respek agar setiap anggota tim dapat bekerja sama.
6.      Memperhatikan Bakat Anggota Tim
Setiap orang memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda. Oleh karena itu, pemimpin yang baik harus dapat memperhatikan bakat tertentu setiap angota tim sehingga kepemimpinan dan keanakbuahan dapat dibagi bersama.
7.      Keterampilan Memecahkan Masalah
Tim harus banyak menggunakan waktunya untuk membina kemampuan anggotanya dalam memecahkan masalah, karena masalah merupakan hal yang selalu dihadapi setiap organisasi.
8.      Keterampilan Menangani Konflik
Dalam lingkungan kerja yang high pressure dan kompetitif, konflik merupakan hal yang tidak terelakkan. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar. Oleh karena itu, dalam TQM dibutuhkan keterampilan dalam menerima perbedaan pendapat (ide, masalah, dan saran pemecahan) dan menyampaikan ketidaksetujuan terhadap pendapat orang lain tanpa harus menyakiti orang yang bersangkutan.
9.      Penilaian Tindakan
Penilaian dilakukan dengan memantau dan membandingkan apa yang telah dilakukan dengan pernyataan misi dan rencana tindakan yang ada. Rencana tindakan berisi tujuan, sasaran, jangka waktu, da penugasan, serta tanggung jawab setiap anggota.
10. Penghargaan
Kesuksesan yang dicapai suatu tim yang efektif dapat diperkuat dengan jalan merayakannya. Penghargaan dan pengakuan atas tugas yang terlaksana dengan baik akan memotivasi anggota tim untuk bekerja lebih giat dan tangkas dalam rangka mencapai tujuan berikutnya.
Tim bisa melakukan pengembangan dan peluncuran produk dengan cepat. Tim memungkinkan organisasi untuk terus belajar (dan mengambil manfaat dari proses itu) secara lebih efektif. Tim yang melibatkan banyak fungsi akan membantu meningkatkan manajemen mutu. Ia juga mendorong berkembangnya kreatifitas dan inovasi.
Kerjasama tim juga menghasilkan manfaat finansial, termasuk karena kenaikan produktifitas. Begitu pula, perubahan dalam sebuah organisasi lebih efektif bila melibatkan kerjasama tim. Masih banyak manfaat lain dari kerjasama tim.
E.     Regu efektif
Ukuran efektifitas sebuah tim sangat menentukan operasinya di lapangan. Menurut Edwar Sallis (2006 :187-190) Walaupun tidak ada resep khusus yang menjamin kesuksesan sebuah tim, namun beberapa poin penting berikut perlu terus diingat :
1.      Sebuah tim membutuhkan peran anggota yang telah didefinisikan secara jelas.
2.      Tim membutuhkan tujuan yang jelas kemana arah yang harus dicapai
3.      Sebuah tim membutuhkan sumberdaya-sumberdaya dasar untuk beroperasi. Kebutuhan sumber daya dasar adalah manusia, waktu, ruang dan energi. Poin terakhir adalah energi.
4.      Sebuah tim perlu mengetahui tanggungjawab dan batas-batas otoritasnya. Kekecewaan akan terjadi jika tim berlebihan dalam menggunakan otoritasnya
5.      Sebuah tim memerlukan rencana kerja. Rencana tersebut mencakup visi, misi, bahkan mungkin flowchart tentang langkah-langkah yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek, serta sumberdaya-sumberdaya bagi tim.
6.      Sebuah tim membutuhkan seperangkat aturan untuk bekerja. Aturan-aturan tersebut harus sederhana dan disetujui oleh seluruh anggota.
7.      Tim perlu menggunakan alat-alat yang tepat untuk mengatasi masalah dan menemukan solusi.
8.      Tim perlu mengembangkan sikap tim yang baik dan bermanfaat.
Dalam kerja beregu hendaknya seoarng pemimpin tidak menganggap bawahannya sebagai anak buah akan tetapi dianggap sebagai fatner kerja, sehingga tidak terjadi suatu kekuasaan ataupun pemerintahan yang otoriter dalam suatu tim.
Untuk meraih regu yang efektif maka ada hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain (http://www.leadership-park.com/new/The-A-Team/menjaga-performa-tim-kerja.html) : 
  1. Menyamakan pandangan. Visi, misi dan tujuan yang ingin dicapai harus disamakan antar anggota kélompok. Jangan sampai perbedaan pendapat dibiarkan saja dan berlarut-larut. Usahakan untuk terus melakukan brainstorming agar kesepakatan bersama dapat tercapai.
  2. Pembagian tugas. Buatlah pembagian tugas yang jelas agar masing-masing anggota tahu kewajibannya. Sehingga tidak ada salah satu anggota yang merasa lebih banyak bekerja daripada yang lainnya. Lagipula, dengan pembagian tugas ini pekerjaan pun akan terasa lebih ringan dan cepat selesai. Hal ini pun dapat menumbuhkar rasa tanggungjawab dan komitmen dalam diri mereka masing-masing sehingga tidak ada yang mangkir.
  3. Toleransi Ingatlah bahwa dimanapun Anda berada, tidak akan pernah menemukan orang yang akan terus sejalan dan sepikiran dengan Anda. Jangan berpikir terlalu egois atau terlalu menddominasi teman dalam satu tim, karena juga dapat memperburuk kinerja tim. Dengan bertoleransi, hubungan antar rekan dalam tim dapat lebih akrab, kekeluargaan dan kompak.
  4. Hindari konflik Dalam hubungan antar manusia, konflik adalah suatu hal yang wajar. Tapi bagaimana kita mengelola konflik tersebut itulah yang harus dipertimbangkan. Apabila terjadi konflik antar teman dalam tim sebaiknya segera diselesaikan dengan baik-baik. Karena bila dibiarkan, dapat menimbulkan efek yang negatif bagi kinerja tim sehingga mempengaruhi hasil kerja. Bersikaplah terbuka dan bicarakan masalah tersebut kepada rekan tim yang bersangkutan. Bersikap profesional dengan tidak menggosip di belakangnya, karena hal ini tidak memecahkan masalah, justru semakin menambah kental konflik tersebut. Sebaiknya, pisahkan hubungan pertemanan dengan hubungan pekerjaan. Bila Anda tidak suka dengan cara kerjanya bukan berarti tidak berteman dengannya lagi bukan?
  5. Kepemimpinan. Di dalam sebuah tim tetap dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu menjadi motivator dan membangun suasana kerja yang kondusif. Pilihlah seorang pemimpin yang dapat berpikir jernih dan bertanggung jawab. Semoga sukses.
F.      Kesimpulan
Kerja beregu sangat penting bagi semua organisasi terutama dalam bidang pendidikan karena pemikiran beberapa orang lebih baik dan menghasilkan ide yang cemerlang dibandingkan dengan pemikiran satu orang, dalam kerja beregu bukan hanya mengumpulkan beberapa pendapat orang untuk kemajuan akan tetapi kerja beregu dalam meringankan pekerjaan, pekerjaan akan dibagi sesuai dengan kemampuan masing-masing, memiliki komunikasi yang baik antar satu dengan yang lain walau perselihan pendapat tidak dapat dielakan dalam kerja beregu tetapi perselisihan tersebut dapat diatasi dengan musyawarah.
Ada sepuluh strategi untuk meningkatkan kinerja suatu tim, yaitu saling ketergantungan, perluasan tugas, penjajaran, bahasa yang umum, kepercayaan dan respek, memperhatikan bakat anggota tim, keterampilan memecahkan masalah dan menangani konflik, penilaian dan tindakan, serta penghargaan.
Untuk meraih regu yang efektif maka ada hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :Menyamakan pandangan. Visi, misi dan tujuan yang ingin dicapai harus disamakan antar anggota kélompok, pembagian tugas, toleransi, hindari konflik dalam hubungan antar manusia, kepemimpinan.





REFERENCI

(http://www.leadership-park.com/new/The-A-Team/menjaga-performa-tim-kerja.html)

Nasution. M. 2001.” Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management)”. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sallis Edward. 2006. “Total Quality Managemen in Education (manajemen mutu pendidikan”. Yogyakarta : IRCiSoD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar