Rabu, 08 Desember 2010

IDEALISME DAN PENDIDIKAN

Disusun Oleh : EKA YANUARTI
A.     Pendahuluan
Sejarah filsafat kaya dengan ide-ide yang membahas mengenai pendidikan, sehingga munculah salah-satu cabang filsafat dalam disiplin ilmu yang disebut dengan filsafat pendidikan. Filsafat sebagai the mother of knowledge juga memikirkan masalah pendidikan akhirnya muncul pandangan-pandangan filsafat dalam pendidikan.
Proses pertumbuhan filsafat sebagai hasil pemikiran para filosof dalam rentang waktu yang dilaluinya telah melahirkan berbagai macam pandangan. Pandangan para filosof tersebut  adakalanya bersifat saling mendukung, tetapi juga tak jarang pula yang bertentangan. Hal ini dapat dimaklumi karena hasil pemikiran filosof bukan merupakan komponen yang berdiri sendiri, tetapi akan senantiasa dipengaruhi banyak faktor, seperti pendekatan yang dipakai serta kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat.
Dalam perjalanan sejarahnya, filsafat pendidikan melahirkan berbagai pandangan yang cenderung menimbulkan keraguan yang sulit untuk dikompromikan. Hal ini disebabkan karena masing-masing pandangan berusaha mempertahankan pendapatnya sebagai suatu kebenaran. Pengaruh dari pandangan yang berbeda tersebut melahirkan berbagai aliran, seperti, eksisitensialisme, realisme, pragmatisme, idealisme, humanisme, dan lain-lain (Ramayulis dan Samsul Nizar,2009:15).
Dalam makalah sederahana penulis hanya akan membahas aliran idealisme untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam, di sini penulis mencoba menjelaskan apa itu aliran idealisme ? siapa saja tokoh-tokohnya?, bagaimana implementasinya dalam pendidikan? dan lembaga mana saja yang menerapkan aliran idealisme ini ?.
B.     Pembahasan
1.      Aliran Filsafat Idealisme
Idealisme merupakan sistem filsafat yang telah dikembangkan oleh para filsuf di Barat maupun di Timur. Di Timur, idealisme berasal dari India Kuno, dan di Barat idealisme berasal dari Plato, yaitu filsuf Yunani yang hidup pada tahun 427-347 sebelum Masehi. (www.idealisme.com). Kata Idealisme berasal dari bahasa Inggris yaitu Idelism. Istilah ini pertama kali digunakan secara filosofis oleh Leibniz pada awal abad ke-18. Leibniz memakai dan menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato yang bertolak belakang dengan materialism  Epikuros. Idealisme merupakan kunci masuk ke hakikat realitas (Lavinel,2003:7)
            Doktrin idealisme memiliki akar yang mendalam dalam sejarah pemikiran manusia, kata idealisme adalah salah satu kata yang memainkan peran penting sepanjang sejarah filsafat. Idealisme memainkan peran pertamanya dalam tradisi filsafat di tangan Plato yang mengemukakan teori tertentu tentang akal dan pengetahuan manusia, teori ini dikenal dengan nama “teori bentuk-bentuk Platonik”, idealisme Plato  tidak berarti melepaskan pengetahuan empirikal dan realitas-realitas objektif yang tidak bergantung pada wilayah konsepsi dalam pengetahuan, tapi Plato mengukuhkan objektivitas pengetahuan rasional yang mengungguli empirikal, dengan menegaskan bahwa pengetahaun rasional yaitu pengetahuan tentang bentuk-bentuk umum, seperti  mengetahui gagasan tentang manusia, air, dan cahaya mempunyai hakikat objektif yang tak bergantung pada proses akal (intellection) (falsafatuna,1991:72).
            Aliran Idealisme merupakan suatu aliran yang mengagungkan jiwa. Menurut aliran ini cita adalah gambaran asli yang bersifat ruhani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indra (Suryadiputra,1994:133). Dari pertemuan jiwa dan cita, lahirlah suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang dan menganggap yang nyata hanya idea. Idea selalu tetap, tidak mengalami perubahan dan pergeseran yang mengalami gerak yang tidak dikategorikan idea (Poedjawijanta,1987:23).
            Dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti yang tampak dan tergambar. Sedangkan ruangnya tidak mempunyai batas dan tumpuan. Idea merupakan tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan Tuhan sifatnya kekal dan sedikitpun tidak mengalami perubahan.
            Bagi Plato idea bukanlah gagasan yang hanya terdapat di dalam pikiran saja yang bersifat subjektif, idea ini bukan gagasan yang hanya terdapat di dalam pikiran saja yang bersifat subjektif, ide ini bukan gagasan yang dibuat manusia yang ditemukan manusia, sebab idea ini bersifat objektif artinya berdiri sendiri, lepas dari subjektif yang berfikir, tidak tergantung kepada pemikiran manusia, akan tetapi justru sebaliknya, idealah yang memimpin pikiran manusia (Harun Hadiwijoyo,1980:42).
            Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, gambaran asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Menurut pandangan idealisme, alam adalah gambaran dari dunia ide disebabkan posisinya tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud idea adalah hakikat murni dan asli di mana keberadaanya sangat absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material (Jalaludin dan Abdullah Idi,2009:64)
            Aliran idealisme sangat identik dengan alam dan lingkungan, karena itu aliran ini melahirkan dua macam realita, pertama yang tampak, yaitu apa yang dialami oleh kita selaku mahluk hidup dalam lingkungan ini seperti ada yang dating dan pergi, ada yang hidup dan ada yang mati, demikian seterusnya. Kedua, realitas sejati, yang merupakan sifat yang kekal dan sempurna (idea). Gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnya memiliki nilai-nilai yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan kesejataian kedudukannya lebih tinggi dari yang tampak, karena idea merupakan wujud yang hakiki (Peursen,1987:61).
Konsep  umum  filsafat  Idealisme  dalam  (www.idealisme_pendidikan.com)
a)         Metafisika
Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas hakikat realitas (segala sesuatu yang ada) secara menyelurh (komprehensif).
1)      Hakikat Realistis
Para filsuf idealis mengklaim bahwa hakikat realitas bersifat spiritual atau ideal. Bagi penganut idealisme, realitas diturunkan dari suatu substansi fundamental, adapun substansi fundamental itu sifatnya nonmaterial, yaitu pikiran/spirit/roh. Benda-benda yang bersifat material yang tampak nyata, sesungguhnya diturunkan dari pikiran/jiwa/roh.
2)      Hakikat Manusia
Menurut para filsuf idealisme bahwa manusia hakikatnya bersifat spiritual/kejiwaan. Menurut Plato, setiap manusia memiliki tiga bagian jiwa, yaitu nous (akal fikiran) yang merupakan bagian rasional, thumos (semangat atau keberanian), dan epithumia (keinginan, kebutuhan atau nafsu). Dari  ketiga bagian jiwa tersebut akan muncul salah satunya yang dominan. Jadi, hakikat manusia bukanlah badannya, melainkan jwa/spiritnya, manusia adalah makhluk berfikir, mampu memilih atau makhluk yang memiliki kebebasan, hidup dengan suatu aturan moral yang jelas dan bertujuan
b)         Epistemotologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat pengetahuan. Menurut filsuf idealisme, proses mengetahui terjadi dalam pikiran, manusia memperoleh pengetahuan melalui berfikir dan intuisi (gerak hati). Beberapa filsuf percaya bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara mengingat kembali (semua pengetahuan adalah susatu yang diingat kembali)
c)         Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat nilai. Para filsuf idealisme sepakat bahwa nilai-nilai bersifat abadi. Menurut penganut Idealime Theistik nilai-nilai abadi berada pada Tuhan. Penganut Idealisme Pantheistik mengidentikan Tuhan dengan alam
Filsafat pendidikan Idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melalui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Nilai tidak diciptakan manusia, melainkan merupakan bagian dari alam semesta.
Plato bertitik tolak dari manusi yang harmonis serta adil dan dalam jiwa itu ia menggunakan pembagian jiwa atas tiga fungsi. Dalam jiwa kita terdapat suatu bagian keinginan (ephithymia), suatu bagian energy (thymos), dan suatu bagian rational (logos) sebagai puncak serta pelingkup. Jika keinginan serta energi di bawah pimpinan rasio dapat berkembang dengan semestinya, maka akan timbul manusia yang harmonis dan adil (PA Van Den Weij,2000:27).
Plato mengemukakan bahwa jika manusia tahu  apa yang dikatakannya sebagai hidup baik, mereka tidak akan berbuat hal-hal yang bertentangan  dengan moral. Kejahatan terjadi karena orang tidak tahu bahwa perbuatan tersebut tidak baik, jika seseorang menemukan sesuatu yang benar, maka orang tersebut tidak akan berbuat salah.
Filsafat Idealisme adalah sistem filsafat yang menekankan pentingnya keunggulan pikiran (mind), roh (soul) atau jiwa (spirit) dari pada hal-hal yang bersifat kebendaan atau material. Hakikat manusia adalah jiwanya, rohaninya, yakni apa yang disebut “mind”. Mind merupakan wujud yang mampu menyadari dunianya, bahkan sebagai pendorong dan penggerak semua tingkah laku manusia. Jiwa (mind) merupakan faktor utama yang menggerakkan semua aktivitas manusia, badan, atau jasmani tanpa memiliki apa-apa.
            Idealisme berpendirian, bahwa kenyataan tersusun atas gagasan-gagasan (ide) atau spirit. Segala benda yang nampak berhubungan dengan kejiwaan dan segala aktivitas adalah aktiviatas kejiwaan. Dunia ini dipandang bukan hanya sebagai mekanisme, tetapi dipandang sebagai sistem yang msing-masing unsurnya saling berhubungan, dunia adalah keseluruhan (totalitas), suatu kesatuan yang logis dan bersifat spiritual.
            Idealisme berorientasi kepada ide-ide yang bersifat theo-sentris (berpusat kepada Tuhan) kepada jiwa, spiritualitas, hal-hal yang ideal (serba cita) dan kepada norma-norma yang mengangung kebenaran mutlak. Oleh karena nilai-nilai idealism bercorak spiritual, maka kebanyakan kaum idealism mempercayai adanya Tuhan sebagai ide tertinggi atau Prima Causa dari kejadian alam semesta ini (Ramayulis dan Samsul Nizar,2009:15).
            Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah bahwa manusia menganggap ruh atau sukma lebih beharga dan lebih tinggi dibandingkan materi bagi kehidupan manusia. Ruh merupakan hakikat yang sebenarnya, sementara benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari ruh atau sukma. Aliran idealism berusaha menerangkan secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang baru berupa gerakan-gerakan ruhaniah, dan dimensi gerakan tersebut untuk menemukan hakikat yang mutlak dan murni pada kehidupan manusia. Demikian juga hasil adaptasi individu dengan lainnya, sehingga terbentuklah kebudayaan dan peradaban baru (Bakry,1992:56)
            Dengan demikian Idealisme ialah aliran  filsafat yang menganggap atau memandang ide itu primer dan materi adalah sekundernya, dengan kata lain menganggap materi berasal dari idea atau diciptakan dari ide. Idealisme disebut dengan idea sedangkan dunia dianggap fana tanpa adanya idea-idea yang menjadi tujuan hidup.
            Dalam paham idealisme akal merupakan inti utama dari paham ini, dengan akal dapat menimbulkan ide-ide atau cita-cita yang akan menjadi penuntun tingkah laku manusia. Hal ini pun dijelaskan dalam Al-Qur’an bagaimana manusia selalu diserukan untuk menggunakan akalnya, seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 44 :
* tbrâßDù's?r& }¨$¨Y9$# ÎhŽÉ9ø9$$Î/ tböq|¡Ys?ur öNä3|¡àÿRr& öNçFRr&ur tbqè=÷Gs? |=»tGÅ3ø9$# 4 Ÿxsùr& tbqè=É)÷ès? ÇÍÍÈ
Artinya : Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al-kitab (Taurat) ? apakah tidaklah kamu berpikir ?

2.      Tokoh-Tokoh Aliran Idealisme Beserta Pemikirannya
Dalam filsafat ada beberapa aliran salah satunya adalah aliran idealisme. Plato adalah generasi awal yang telah membangun prinsip-prinsip filosofi aliran idealis. George WE Hegel kemudian merumuskan aliran idealisme ini secara komprehensif ditinjau secara filosofi maupun sejarah. Tokoh-tokoh lain yang juga mendukung aliran idealisme antara lain Immanuel Kant, George Berkeley, Fichte, Hegel dan Schelling serta Ilmuan Islam yang sejalan dengan idealisme adalah Imam Al Ghazali dan Al-Razi.(www.tokoh_idealisme.com)

a.   Plato
Tokoh aliran idealisme yang pertama kali adalah Plato (427-374 SM), murid Sokrates. Plato dilahirkan dalam keluarga aristiokrasi di Athena, sekitar 427 SM dan meninggal dalam usia 80 tahun. Ayahnya Ariston, adalah keturunan dari raja pertama Athena yang berkuasa pada abad ke-7 SM. Sementara ibunya, Perictions, adalah keturunan keluarga solon, seorang pembuat undang-undang, penyair, memimpin militer dari kaum ningrat dan pendiri dari demokrasi Athena terkemuka (Smith,1986:29).
 Plato mengemukakan bahwa jalan untuk membentuk masyarakat menjadi stabil adalah menentukan kedudukan yang pasti bagi setiap orang dan setiap kelas menurut kapasitas masin-masing dalam masyarakat sebagai keseluruhan. Mereka yang memiliki kebajikan dan kebijaksanaan yang cukup dapat menduduki posisi yang tinggi, selanjutnya berurutan ke bawah. Misalnya, dari atas ke bawah, dimulai dari raja, filosof, perwira, prajurit sampai kepada pekerja dan budak. Yang menduduki urutan paling atas adalah mereka yang telah bertahun-tahun mengalami pendidikan dan latihan serta telah memperlihatkan sifat superioritasnya dalam melawan berbagai godaan, serta dapat menunjukkan cara hidup menurut kebenaran tertinggi.
Mengenai kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang terkenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.

b.      Immanuel Kant (1724 – 1808)
            Immanuel Kant Immanuel Kant dilahirkan di Koenigsberg, suatu kota di Prusia Timur, pada tanggal 22 April 1724, dari keluarga pembuat dan penjual alat-alat dari kulit untuk keperluan menunggang kuda. Kant merupakan salah seorang tokoh masa pencerahan. Menurut Kant semua pengetahuan mulai dari pengalaman, namun tidak berarti semua dari pengalaman. Obyek luar ditangkap oleh indera, tetapi rasio mengorganisasikan bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman tersebut (www.Biografi_imanuel _kant.com)
            Immanuel Kant membawa pengaruh besar di Jerman dan pemikiran nya menjadi landasan bagi J. Fichte (1762-1814), F. Schelling (1775-1854) dan Hegel (1770-1831) (Hamersma,1986:35)
c.  Johann Gottlieb Fichte
Johann Gottlieb Fichte (1762 –1814) merupakan filosof yang mengembangkan beberapa pemikiran dari Immanuel Kant. Menurut  Fichte Fakta dasar dalam alam semesta adalah ego yang bebas atau roh yang bebas.  Dengan demikian dunia merupakan ciptaan roh yang bebas.
d.      Friedrich Wilhelm Joseph Schelling
Friedrich Wilhelm Joseph Schelling (1775-1854) Juga merupakan filosof yang menganut aliran idealisme. Pemikiran Schelling tampak pada teorinya tentang yang mutlak mengenai alam. Pada dirinya yang mutlak adalah suatu kegiatan pengenalan yang terjadi terus-menerus yang bersifat kekal.
e.        Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831)
Georg Wilhelm Friedrich Hegel dikenal sebagai filosof yang menggunakan dialektika sebagai metode berfilsafat. Dialektika menurut Hegel adalah dua hal yang dipertentangkan lalu didamaikan, atau biasa dikenal dengan tesis (pengiyaan), antitesis (pengingkaran) dan sintesis (kesatuan kontradiksi). Pengiyaan harus berupa konsep pengertian yang empiris indrawi.
Menurut hegel yang mutlak adalah roh yang mengungkapkan diri di dalam alam, dengan maksud agar dapat sadar akan dirinya sendiri. Hakikat roh adalah ide atau pikiran. Pernyataan Hegel yang terkenal adalah semuanya yang real bersifat rasional dan semuanya yang rasional bersifat real. Maksudnya adalah bahwa luasnya rasio sama dengan luasnya realitas.
f.    Al- Ghazali
            Abdul Hamid bin Ahmad Al-Ghazali (lebih dikenal dengan sebutan Al-Ghazali), lahir di Thus (wilayah Khurasan) pada tahun 450H/1058 M (Nizar,2002:85). Pada mulanya Al-Ghazali beranggapan  bahwa pengetahuan itu adalah hal-hal yang dapat ditangkap oleh panca indera. Tetapi kemudian ternyata baginya bahwa pancaindera juga berdusta. Kemudian Al-Ghazali meletakkan kepercayaanya kepada akal. Tetapi akal juga tidak dapat dipercaya. Namun kemudian bagi Al-Gahzali bahwa intuisi lebih tinggi dan lebih dipercaya dari pada akal untuk menangkap pengetahuan yang betul-betul diyakini kebenaranya. Sumber pengetahuan tertinggi tersebut dinamakan juga al-nubuwwai, yang pada nabi-nabi berbentuk wahyu dan pada manusia berbentuk ilham (Nasution,1999:81).
g.      Al- Razi
            Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad ibn Zakaria ibn Yahya al-Razi. Di barat dikenal Rhazes. Ia dilahirkan di Ray dekat Teheran pada 1 Sya’ban 251 H (865 M). Al- Razi adalah seorang rasionalis murni. Dengan akal kita melihat segala yang berguna bagi kita dan yang membuat hidup kita baik, dengan akal kita dapat mengetahui yang gelap, yang jauh, dan yang tersembunyi dari kita. Dengan akal pula, kita dapat memperoleh pengetahuan tentang Tuhan, suatu pengetahuan tertinggi yang dapat kita peroleh. Jika akal sedemikian mulia dan penting, maka kita tidak boleh melecehkannya, kita tidak boleh menentukannya, sebab ia adalah penentu, atau mengendalikannya, sebab ia adalah pengendali, atau memerintahnya, sebab ia adalah pemerintah, tetapi kita harus menunjukkan kepadanya dalam segala hal dan menentukan segala masalah dengannya, kita harus sesuai dengan perintahnya (Nasution,1999:24-26)
3.      Implementasi Idealisme dalam Pendidikan
a.   Tujuan Pendidikan Menurut Paham Idealisme
Menurut Plato dalam sebuah negara pendidikan memperoleh tempat utama dan menempatkan perhatian yang paling khusus. Bahkan, karena adalah tugas dan panggilan yang sangat mulia, maka ia harus diselenggarakan oleh Negara. Karena pendidikan itu sebenarnya merupakan sustu tindakan pembebasan dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakbeneran. Dengan pendidikan, orang-orang akan mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar. Dengan demikian pula, orang-orang akan mengenal apa yang baik dan apa yang jahat, apa patut apa tidak (Raper,1988:110)
               Menurut Plato tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kemampuan-kemampuan ilmiah setiap individu dan melatihnya sehingga menjadi seorang warga negara yang baik, masyarakat dan harmonis, yang melaksankana tugas-tugasnya secara efisien sebagai seseorang anggota masyarakat (Jalaludin dan Abdulah Idi,2009:79).
               Salah satu cardinal objektif idealisme dan idealis pendidikan adalah direktik Yunani Kuno untuk “mengetahui dirimu sendiri” Self-realisasi merupakan tujuan penting dari pendidikan, maka idealis menekankan pentingnya kegiatan semua pengarahan dalam pendidikan. Mereka percaya bahwa pendidikan yang benar terjadi hanya dalam diri individu (Howard A.Ozmon, Samuel M Craver,1995:18).
               Pernyataan di atas sejalan dengan tujuan menurut para filsuf idealisme dalam (www.Idealisme_pendidikan.com). Pendidikan bertujuan untuk membantu perkembangan pikiran dan diri pribadi (self) siswa. Mengingat bakat manusia berbeda-beda maka pendidikan yang diberikan kepada setiap orang harus sesuai dengan bakatnya masing-masing.
            Lebih lanjut secara terperinci tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya (www.idealisme_pendidikan.com). Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik.
               Tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan
               Jadi dapat disimpulkan tujuan pendidikan menurut pahan idealisme lebih mengarah kepada pengembangan pemikiran dan diri pribadi siswa, yang berkesinambungan dengan tujuan untuk pribadu, masyarakat, dan campuran antar keduanya.
               Dengan demikian, jelaslah bahwa peranan pendidikan yang paling utama bagi manusia adalah membebaskan dan memperbaharui. Pembebasan dan pembaharuan itu akan membentuk manusia utuh, yakni manusia yang berhasil menggapai segala keutamaan dan moralitas jiwa yang mengantarnya ke ide yang tinggi yaitu kebajikan, kebaikan, dan  keadilan.
b.   Materi dan Kurikulum Pendidikan Menurut Paham Idealisme
Materi atau apa yang harus diketahui dalam paham idealisme sesungguhnya sudah ada dalam jiwa. Tugas pendidik adalah membuat pengetahuan yang tersimpan dalam hati ini menjadi kesadaran. Para pendidik berusaha agar murid mencapai kesadaran kesempurnaannya. Untuk mencapai manusia sempurna ini seperangkat kurikulum disusun secara terstruktur (bertingkat) dengan berdasarkan warisan pemikiran terbaik generasi demi generasi. Paling penting tingkatnya adalah ilmu umum tentang filosofi dan teologi kedua hal ini bersifat abstrak.
Matematika menjadi alat yang sangat berguna untuk memahami ilmu atau logika yang bersifat abstrak. Sejarah dan literature mempunyai posisi yang tinggi karena ia mewarisi nilai moral, model budaya dan kepahlawanan maupun contoh kehidupan. Ilmu alam dan sain menjadi prioritas berikutnya karena menyediakan penjelasan tentang hubungan sebab akibat. Disamping siswa memahami literature, idealisme menganggap perlu terbentuknya manusia yang baik. Untuk itu siswa tidak hanya didorong untuk mengembangkan skill dan akal pikiran, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebaikan yang secara naluri sudah ada dalam jiwa. (www.idealisme_pendidikan.com)
 Menurut plato, pendidikan sangat perlu, baik bagi dirinya selaku individu, maupun sebagai warga Negara. Negara wajib memberikan pendidikan kepada setiap peserta didik harus diberi kebebasan untuk mengikuti ilmu sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan masing-masing sesuai jenjang usaianya. Sehingga pendidikan itu sendiri akan memberikan dampak dan perubahan bagi kehidupan pribadi, bangsa dan negara (Jalaludin dan Abdullah Idi,2009:78).
               Menurut plato, pendidikan dirancang dan diprogramkan menjadi tiga tahap sesuai tingkat usia. Pertama, pendidikan yang diberikan kepada taruna hingga sampai dua puluh tahun. Kedua, dari usia dua puluh tahun sampai tiga puluh tahun. Ketiga dari tiga puluh tahun sampai empat puluh tahun. Plato juga menekankan perlunya pendidikan direncanakan dan diprogramkan dengan baik. Karena itu, dalam menanamkan program pendidikan itu, pemerintah harus mengadakan motivasi, semangat loyalitas, kebersamaan dan kesatuan cinta akan kebaikan dan keadilan (Jalaludin dan Abdullah Idi,2009:79).
               Kurikulum pendidikan idealisme berisikan pendidikan liberal dan pendidikan vokasional/praktis. Pendidikan liberal dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan-kemampuan rasional dan moral. Pendidikan vokasional dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan suatu kehidupan/pekerjaan (www.idealism_pendidikan.com).
               Jadi dapat disimpulkan bahwa materi yang digunakan guna mengembangkan pendidikan intelektual adalah ilmu-ilmu kealaman, sosial, pendidikan teknologi, matematika, dan pendidikan bahasa. Materi pendidikan moral dalam mengembangkan kebajikan yaitu sikap berusaha mencapai kesempurnaan diri, sikap adil, sikap jujur, tidak memihak, sikap mengetahui kesamaan antar sesame manusia.
               Sedangkan kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.
c.    Metode Pendidikan serta Peran Guru Menurut Paham Idealisme
               Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual. Tentu saja, model pemikiran filsafat idealisme ini dapat dengan mudah ditransfer ke dalam sistem pengajaran dalam kelas. Guru yang menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual (www.idealisme.com).
               Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencarnya diajarkan memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendektana (approach) secara khusus, sebab pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Giovani Gentile pernah mengemukakan “para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang gurumeski masuk kedalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekedar ledakan kecil yang tidak banyak bermakna (www.sma_sukaraja.com).
               Menurut plato metode terbaik untuk belajar adalah dialektika. pada dasarnya, plato percaya bahwa kita dapat mengembangkan ide-ide kita dengan cara mencapai sintesis dan konsep-konsep universal, dimana metode dialektika mencoba untuk mengintegrasikan berbagai proses belajar ke pada proses belajar yang mengandung makna (meaningful), (Howard A.Ozmon, Samuel M Craver,1995:19).
               Guru tidak cukup mengajar siswa tentang bagaimana berfikir, sangat penting bahwa apa yang siswa pikirkan menjadi kenyataan dalam perbuatan. Metode mangajar hendaknya mendorong siswa untuk memperluas cakrawala, mendorong berfikir reflektif, mendorong pilihan-pilihan moral pribadi, memberikan keterampilan-keterampilan berfikir logis, memberikan kesempatan menggunakan pengetahuan untuk masalah-masalah moral dan sosial, meningkatkan minat terhadap isi mata pelajaran, dan mendorong siswa untuk menerima nilai-nilai peradaban manusia (www.idealisme_pendidikan.com).
               Para filsuf idealisme mempunyai harapan yang tinggi dari para guru. Keunggulan harus ada pada guru, baik secara moral maupun intelektual. Tidak ada satu unsur pun yang lebih penting di dalam sistem sekolah selain guru. Guru hendaknya “bekerjasama dengan alam dalam proses menggabungkan manusia, bertanggung jawab menciptakan lingkungan pendidikan bagi para siswa. Sedangkan siswa berperan bebas mengembangkan kepribadian dan bakat-bakatnya”(www.idealisme.com).
Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai: (1) guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik; (2) guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa; (3) Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik; (4) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid; (5) Guru menjadi teman dari para muridnya; (6) Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar; (7) Guru harus bisa menjadi idola para siswa; (8) Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para siswanya; (9) Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif; (10) Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya; (11) Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar; (12) Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil; (13) Guru haruslah bersikap dmokratis dan mengembangkan demokrasi; (14) Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya(www.idealisme_pendidikan.com).

            Jadi dapat disimpulkan bahwa guru peran tidak cukup mengajar siswa tentang bagaimana berfikir, sangat penting bahwa apa yang siswa pikirkan menjadi kenyataan dalam perbuatan. Guru di sini haruslah memiliki keunggulan moral dan intelektualnya. Metode pembelajaran menurut paham idealism diantaranya metode dialektika, dialog, diskusi serta metode yang lainnya yang dapat digunakan guna mengembangkan pikiran siswa.
d.   Lembaga Pendidikan yang Menerapkan Aliran Idealisme
               Lembaga pendidikan yang menerapkan aliran idealisme diantaranya ini bisa kita temukan pada lembaga-lembaga pendidikan pondok pesantren, di mana di pondok pesantren baik guru yang mengajarkan maupun siswa diharapkan mampu melaksanakan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari mereka, dengan kata lain siswa maupun guru selain memperoleh dan memberikan keunggulan intelektual juga menekankan kepada keunggulan moral mereka.
               Di lembaga pesantren biasa kita dengar adanya Panca Jiwa Pondok pesantren yaitu jiwa keikhlasan, kesederhnaan, kesanggupan menolong diri sendiri atau berdikari, jiwa ukhuwwah diniyah, dan ukhuwah Islamiyah yang demokratis antar para santri, dan jiwa bebas. Hal ini searah dengan tujuan pendidikan menurut paham idealisme yaitu membentuk manusia utuh, yakni manusia yang berhasil menggapai segala keutamaan dan moralitas jiwa yang mengantarnya ke ide yang tinggi yaitu kebajikan, kebaikan, dan  keadilan.
            Selain itu kalau kita melihat penjelasan bagaimana implementasi aliran Idealisme dalam dunia pendidikan, maka sebagai salah satu contoh yang telah menerapkan aliran filsafat pendidikan idealisme adalah SMK Negeri 2 Medan dimana kedudukan peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuannya. Dikatakan demikian karena dalam sekolah ini mengembangkan gagasan atau ide-ide. Dengan kata lain bahwa idea tau gagasan-gagasan itu sangat dijunjung tinggi dan kedudukan  peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemapuan dasarnya/ bakatnya (www. Kardorajagukguk's Blog.com)
            Jika kita melihat kurikulum yang ada dalam aliran filsafat pendidikan Idealisme yang berisikan pendidikan vokasional dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan suatu kehidupan/pekerjaan. Maka di sini penulis berpendapat bahwa lembaga pendidikan yang menganut paham Idealisme selain pondok pesantren antara lain SMK dan STM, yang orientasinya lebih mengarah ke pada dunia kerja setelah menamatkan sekolahnya. Tidak  hanya SMK Negeri 2 Medan, tetapi kemungkinan seluruh SMK dan STM di seluruh Negara Indonesia menganut aliran Idealisme, karna seluruh orientasi SMK dan STM itu sama yaitu pelatihan keahlian agar berguna untuk diri siswa dalam mencari pekerjaan guna memenuhi kebutuhan dalam hidupnya.
            Jika dilihat dari tujuan, kurikulum, metode, peran guru, menurut paham idealisme maka kita akan mengetahui bahwa di Indonesia telah banyak lembaga-lembaga pendidikan yang menerapkan paham idealisme ini, diantaranya pondok pesantren, SMK, STM, dan lembaga pendidikan yang lainnya.



C.     Kesimpulan
            Idealisme ialah aliran  filsafat yang menganggap atau memandang ide itu primer dan materi adalah sekundernya, dengan kata lain menganggap materi berasal dari idea atau diciptakan dari ide.
            Tokoh-tokoh lain yang juga mendukung aliran idealisme antara lain Immanuel Kant, George Berkeley, Fichte, Hegel dan Schelling serta Ilmuan Islam yang sejalan dengan idealisme adalah Imam Al Ghazali dan Al-Razi. Lembaga yang telah menerapkan aliran filsafat pendidikan idealisme adalah Pondok pesantren, STM, dan SMK Negeri 2 Medan dimana kedudukan peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuannya.















DAFTAR PUSTAKA



A. Howard,Ozom Samuel Craver.1995. Philosophical Foundation Of Education. Engelwood Cliffs. New Jersey.
Bakry, Hasbullah.1992. Sistematika Filsafat. Jakarta:wijaya
Falsafatuna. 1991. Pandangan Muhammad Baqir ash-ash dr Terhadap Berbagai Aliran Filsafat Dunia. Bandung : Miza.
Hammersma,H. 1986. Tokoh-Tokoh Filsafat Modern. Jakarta : Gramedia.
Hardiwijoyo, harun. 1980. Sari Sejarah Filasafat Barat. Yogyakarta : karnisus
Jalaludin dan Abdullah Idi. 2009. Filsafat Pendidikan, Manusia, Filasafat, dan Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Lavinel,t.z.2003. Plato. Yogyakarta : Jendela.
Nasution, Hasyimsyah.1999. Filsafat Islam. Jakarta : Gaya media Pratama.
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta : Ciputat Pers.
Poedjawijanta.1986. Pembimbing ke Arah AlamFilsafat. Jakarta : Bina Aksra.
Ramayulis dan Samsul Nizar, 2009. Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistematis Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya. Jakarta : Kalam Mulia.
Raper, J.H. 1988. Filsafat Politik Aristoteles. Jakarta: Rajawali.
Smith, S. 1986. Gagasan-Gagasan Tokoh-tokoh Bidang Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Suryadipura.1994. Manusia dan Atomnya: dalamkeadaan Sehat dan Sakit (Anthropologi Berdasarkan Atomfisika). Jakarta : Bina Aksara.
http://www.Biografi_imanuel _kant.com
http://www.Idealisme_pendidikan.com.
http:// www. Kardorajagukguk's Blog.com
http: //www.Sma_sukarja.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar